Pesan Penting Imam Al-Ghazali
Ketahuilah, dengan kitab ini saya ingin memperlihatkan kepadamu permulaan-permulaan hidayah, semoga engkau melatih hawa nafsumu dengan mengamalkan seluruh isinya, semoga mengukur kebenaran pengakuanmu dengan mengistiqamahkan kandungan dan tuntunannya, dan semoga menguji hatimu di dalam mengimplementasikan seluruh ilmunya. Jika engkau mendapatkan hatimu tertarik kepada permulaan hidayah yang akan saya jelaskan dalam kitab ini, atau engkau mendapatkan motivasi yang tinggi lantaran membacanya dan hawa nafsumu tunduk serta menerimanya, maka bergegaslah engkau untuk mendaki bukit-bukit hidayah, semoga engkau segera mencapai puncaknya.
Menyelamlah di dalam banyak sekali lautan ilmu semoga engkau menemukan banyak sekali rahasianya. Namun apabila engkau mendapatkan hatimu menunda-nunda di dalam mengamalkan isinya, padahal ia berkali-kali selalu mendengar usul untuk berbuat kebaikan, maka ketahuilah bahwa nafsu yang mengajak menuntut ilmu tersebut, ialah nafsu buruk yang mengajak menuntut ilmu hanya demi memuaskan kepentingan syahwat belaka, dan semangat yang telah ia tampakkan hanyalah demi menuruti bisikan setan yang terkutuk saja. Berhati-hatilah, lantaran pada jadinya ia akan menjeratmu dengan tali tipuannya kemudian ia akan menjerumuskan dirimu ke dalam jurang kerugian. Sadarlah, bahwa dia telah bermaksud menyampaikan kepadamu keburukan dalam brand dan label kebaikan, dan sedang mempromosikan kesalahan dalam tampilan kebenaran. Semua itu ia lakukan dengan gigih kepadamu semoga ia bisa menipumu tanpa engkau sadari, sehingga ia sanggup memasukkan dirimu ke dalam golongan orang-orang yang merugi sementara engkau merasa beruntung, sebagaimana firman Allah :
“Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu perihal orang yang paling rugi perbuatannya?’ (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaikbaiknya.” (QS. Al-Kahf/18: 103-104)
Sadarilah bahwa ketika melaksanakan penyesatan tersebut, setan akan selalu membisikkan dan mendengungkan kepadamu banyak sekali keutamaan ilmu dan keagungan derajat para ulama, ia selalu menyuarakan di telingamu banyak sekali keterangan yang menjelaskan kemuliaan ilmu dan para ahlinya atau dengan kalimat-kalimat lainnya. Sementara itu, ia melalaikan kesadaranmu dari hadis-hadis yang menjelaskan ancaman orang yang cerdik tetapi tidak mengamalkan ilmunya. Ia melupakan dirimu dari sabda Rasulullah berikut ini:
“Barang siapa yang bertambah ilmu, namun tidak bertambah hidayah (amal) maka ia bertambah jauh dari Allah .”
Ia melalaikan dirimu dari sabda Rasulullah berikut ini:
“Manusia yang paling pedih siksanya di hari simpulan zaman ialah orang alim (ulama) yang tidak bermanfaat ilmunya.”
Dia melalaikan dirimu dari sabda Rasulullah yang mengandung doa berikut ini:
“Ya Allah, sungguh saya berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, amal yang tidak terkabul, dan dari doa yang tidak didengar (di sisi Allah ).”
Dan ia juga melupakan dirimu dari sabda Rasulullah berikut ini:
“Ketika saya isra’ dan mi’raj saya melihat segolongan insan yang bibir mereka dipotong-potong dengan gunting dari neraka. Aku bertanya, “Siapa kalian? Mereka menjawab, ‘Kami ialah orang-orang yang memerintah kebaikan tetapi kami tidak melaksanakannya dan kami melarang keburukan tetapi kami justru melakukannya.’”
Wahai saudaraku, orang yang tidak mempelajari ilmu agama pastilah akan celaka, begitu pula orang yang alim tetapi tidak mengamalkan ilmunya, dia akan lebih celaka seribu kali lipat. Oleh karenanya, hati-hatilah! Jangan engkau tunduk pada kebijaksanaan kancil setan lantaran ia akan membelenggumu dengan tali tipuannya dan akan mencelakakan dirimu dengan cara buruknya.
Kemudian ketahuilah bahwa bahu-membahu para jago ilmu (baik para santri, kiai, ulama, ustadz dan kaum intelek lainnya), di dalam belajar, mengajar dan mengembangkan ilmu, terbagi menjadi tiga kelompok:
Pertama:
Yaitu kelompok orang-orang yang mencari ilmu agama untuk menyebabkan ilmu tersebut sebagai bekalnya menuju akhirat, ia tidak bertujuan apa pun kecuali mencari ridha Allah dan kebahagiaan di akhirat. Kelompok ini ialah yang paling beruntung di antara kelompok yang lain.
Kedua:
Yaitu kelompok orang-orang yang mencari ilmu agama sebagai alat di dalam meraih kesenangan duniawi, untuk mendapatkan kemuliaan dan kebanggaan insan serta untuk mendapatkan kedudukan, harta dan kemewahan. Walaupun begitu, mereka mengetahui dan menyadari bahwa maksud itu ialah salah dan menjadi tanda buruknya niat, mereka juga mengakui bahwa di dalam hatinya terdapat maksud yang kotor serta tujuan yang sangat murahan. Kelompok ini termasuk golongan yang mengkhawatirkan. Mereka di antara dua kemungkinan. Yang pertama; apabila kematian menjemput mereka, sebelum mereka sempat bertobat, maka dikhawatirkan bagi mereka simpulan yang buruk (su’ul khatimah) dan nasib mereka di hari simpulan zaman terserah kepada kehendak Allah. Kedua, kalau ia mendapatkan taufiq (pertolongan untuk bertobat) sebelum datangnya kematian kemudian ia bisa berinfak sesuai dengan ilmunya dan meratapi segala kekurangannya di masa yang lalu, maka baginya terdapat impian besar bahwa suatu ketika ia akan digabungkan dengan orang-orang yang beruntung. Berdasarkan sabda Rasulullah :
“Orang yang bertobat dari dosa, (maka diampuni segala dosanya) ibarat orang yang tidak mempunyai dosa.”
Ketiga:
Yaitu kelompok orang-orang yang mencari ilmu agama sebagai alat untuk menumpuk harta, untuk berlaku sombong dan mengejar kedudukan. Dia merasa paling hebat lantaran banyaknya pengikut serta memperalat ilmunya untuk meraih setiap tujuan dunia. Sementara dengan semua kesalahan itu, semua keburukan itu, ia merasa mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Karena ia merasa berpakaian dengan pakaian ulama, dan bergaya dengan gaya mereka, baik di dalam ucapan maupun formalitas, ditambah lagi dengan kegilaan mereka kepada dunia yang fana. Secara zhahir maupun batin, dalam sudut pandang apa pun, kelompok ini ialah kelompok orang-orang celaka dan terbelakang yang tertipu dengan perasaan besar hati kepada diri sendiri. Kelompok ini impian tobatnya telah terputus, lantaran mereka tidak merasa bersalah bahkan mereka berprasangka bahwa mereka ialah orang-orang yang telah berbuat kebaikan. Mereka lupa terhadap firman Allah :
“Wahai orang-orang beriman! Mengapa kau menyampaikan sesuatu yang tidak kau kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah kalau kau menyampaikan apa-apa yang tidak kau kerjakan.” (QS. Ash-Shaff/61: 2-3)
Mereka itu juga termasuk golongan ulama su’ (ulama jelek) yang dikhawatirkan bahayanya untuk umat, oleh Rasulullah sebagaimana dalam sabda beliau:
“Ada sesuatu yang lebih saya takuti fitnahnya untuk kalian daripada dajjal, para sobat bertanya, ‘Apa itu wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Para ulama yang jelek’.”
Hal demikian itu alasannya ialah lantaran dajjal telah terperinci statusnya, faktual kesalahannya dan dengan gamblang diketahui penyesatannya. Lain halnya dengan para ulama buruk ini, mereka mengajak insan berpaling dari dunia dengan verbal dan ucapan, sedang dalam tindakan dan sikap mereka mengajak insan untuk menyayangi dunia. Padahal dampak bahasa sikap lebih tajam daripada dampak bahasa lisan, dan juga tabiat insan akan lebih gampang mengikuti perbuatan daripada mengikuti perkataan. Akibatnya, kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatan mereka lebih banyak daripada kebaikan-kebaikan yang ditimbulkan oleh perkataan-perkataan mereka.
Sebab, masyarakat awam (tidak berilmu) tidak akan berani menyayangi dunia, kecuali akhir dari keberanian para ulama su’ (ulama jelek) di dalam mencintainya. Sehingga ilmu mereka telah menjadi lantaran atas keberanian masyarakat untuk melanggar hukum-hukum Allah. Lebih fatal lagi, di atas semua itu nafsu mereka yang terbelakang selalu mengajak mereka untuk berangan-angan yang tinggi di sisi Allah, mendorong mereka kepada perasaan telah berjasa kepada-Nya dengan ilmu mereka, dan hawa nafsu mereka menggambarkan kepada mereka bahwa mereka lebih baik dari kebanyakan manusia.
Oleh lantaran itu, jadilah engkau orang yang termasuk dalam kelompok pertama dan berhati-hatilah, jangan hingga engkau termasuk di dalam kelompok kedua! Janganlah engkau menunda-nunda tobatmu! Berapa banyak mereka yang sering menunda-nunda jadinya meninggal dunia sebelum dia bertobat, maka celakalah dia dan terputuslah seluruh harapannya.
Dan awas! Jangan hingga engkau termasuk kelompok yang ketiga, lantaran dengan menjadi anggota kelompok ini engkau akan merugi dengan kerugian yang tiada menyisakan kesempatan untuk berbenah lagi, bahkan engkau akan celaka dengan kerugian yang tidak diperlukan keberuntungannya lagi. Golongan ini tidak sanggup dinantikan kebaikannya untuk selama-lamanya.
Jika engkau bertanya, “Lalu apakah permulaan hidayah itu? Tunjukkan kepadaku, semoga saya sanggup menguji nafsuku dengan mengamalkannya…!” Maka ketahuilah bahwa bahu-membahu permulaannya ialah takwa kepada Allah secara lahiriyah dan puncaknya ialah takwa kepada-Nya secara batiniyah. Yakinlah bahwa tiada keberuntungan yang hakiki dan infinit kecuali dengan ketakwaan sebagaimana tiada hidayah yang sejati kecuali bagi orang-orang yang telah bertakwa dengan sebenar-benarnya.
Adapun takwa secara definitif, sebagaimana keterangan para ulama ialah, “Perwujudan dari melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya dengan konsisten yang sebenar-benarnya.”
Inti takwa mencakup dua bagian; Pertama yaitu melaksanakan segala perintah Allah dan kedua ialah menjauhi segala larangan-Nya.
Ketahuilah bahwa bahu-membahu perintah-perintah Allah terbagi menjadi dua, pertama wajib dan kedua sunnah. Perintah yang wajib ialah modal pokok yang sama sekali tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apa pun, dengan melakukannya perdagangan akhiratmu akan berjalan dan dengannya pula engkau akan mendapatkan keselamatan. Adapun sunnah ialah ibadah plus atau amal tambahan, dengan menjalankannya engkau akan memperoleh keberuntungan dan engkau akan meraih derajat-derajat yang tinggi di sisi Allah . Disebutkan dalam hadis qudsi:
“Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman: ‘Amal ibadah hamba-Ku yang paling cepat mendekatkannya kepada-Ku ialah amal ibadah wajib yang telah Aku wajibkan atas mereka, dan kalau hamba-Ku selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan banyak sekali amal sunnah maka Aku akan mencintainya, kalau Aku telah mencintainya, maka ia akan mendengar dengan kekuatan pendengaran-Ku, dia akan melihat dengan kekuatan penglihatan-Ku, dia akan berbahasa dengan kekuatan firman-Ku, dia akan menggerakkan tangannya sesuai dengan keridhaan-Ku dan kakinya pun akan melangkah dengan kekuatan dari-Ku’.”
Wahai saudaraku yang gemar menuntut ilmu dan ingin akrab dengan Allah, sungguh engkau tidak akan bisa menjalankan perintah-perintah Allah kecuali sehabis engkau bisa menjaga hatimu dan anggota badanmu dari kelalaian kepada-Nya di dalam setiap waktu, yaitu pada setiap detik dan setiap nafasmu, dari mulai waktu pagi hingga sore hari. Ketahuilah, bahwa Dia Maha Melihat hatimu, mengawasi dengan akrab dan berpengaruh seluruh lahiriyah dan batiniyahmu. Dia mengintai setiap kedipan matamu, mendengar setiap bisikan hatimu, menulis setiap langkah kakimu, dan Dia selalu melihat seluruh membisu dan gerakmu. Sesungguhnya engkau di saat-saat bergaul dengan insan dan di saat-saat menyendiri dari mereka selalu mondar-mandir di hadapan tatapan Allah, lantaran tidak ada sesuatu pun dari dalam dirimu atau sesuatu pun yang ada di alam semesta ini, baik alam faktual maupun alam ghaib, yang bergerak ataupun yang diam, kecuali Allah. Maha Mengetahuinya. Dialah Dzat yang menggenggam langit dan bumi dengan segala isinya. Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada serta mengetahui yang belakang layar dan yang lebih tersembunyi.
Maka beradablah engkau wahai saudaraku di hadapan keagungan-Nya dan sadarilah penglihatan-Nya kepadamu dalam setiap keadaan, baik secara lahir maupun secara batin. Bersikaplah kepada-Nya sebagaimana budpekerti seorang hamba yang hina dan banyak berbuat salah ketika berada di hadapan raja yang perkasa dan menguasai segalanya. Berusahalah semoga Rabb-mu tidak melihatmu di daerah yang dihentikan oleh-Nya dan berusahalah semoga Dia tidak kehilangan jejakmu di dalam tempat-tempat yang diridhai-Nya.
Lalu ketahuilah bahwa engkau tidak akan bisa menjaga dhahir dan batinmu semoga selalu dalam keadaan yang diridhai oleh Allah kecuali dengan mengatur waktu dengan baik dan disiplin. Engkau harus rajin membaca hizib dan wiridmu di waktu pagi dan sore serta melanggengkan dirimu dengan banyak sekali acara ibadah serta ketaatan secara rutin, baik di waktu siang atau di waktu malam, dari ketika berdiri tidur hingga engkau akan tidur kembali. Perhatikanlah hal-hal itu dan amalkanlah sesuai perintah-perintah Allah .
Sumber : Muqadimah Kitab Bidayatul Hidayah
Comments
Post a Comment