Tujuh Wasiat Nabi Kepada Debu Dzar Al-Ghifari

Jandab bin Janadah, terkenal dengan nama Abu Dzar Al-Ghifari, termasuk sobat terdekat Nabi Muhammad SAW. Ia disebut sebagai orang yang paling baik, ramah, dan santun perangainya. ‘Ali bin Abi Thalib, sebagaimana yang dikutip Al-Mizi dalam Tahdzibul Kamal mengatakan, “Saya mendengar Rasulullah SAW berkata, ‘Setiap nabi diberikan tujuh orang (sahabat) mulia dan halus (sifat dan tabiatnya), sementara saya diberikan 14 orang yang baik lagi halus bawaannya.’” Di antara sobat yang dimaksud Rasulullah SAW yaitu Abu Dzar Al-Ghifari.

Menurut catatan sejarah, Abu Dzar pertama kali masuk Islam di Mekah, kemudian beliau kembali ke kampung halamannya, dan pergi ke Madinah dikala Nabi Muhammad SAW hijrah ke sana. Sahabat ini meninggal pada tahun 32 hijriah, tepatnya masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan.

Semasa hidupnya, Rasulullah pernah berpesan tujuh hal kepada perjaka berkulit sawo matang ini. Wasiat ini terekam dalam kitab Bughyatul Bahits ‘an Zawaid Musnad Harits karya Ibnu Abi Usamah (w 282 H). Isinya berikut ini:

أوصاني خليلي بسبع: أنظر إلى من هو أسفل مني، ولا أنظر إلى من هو فوقي، وأن أحب المساكين وأن أدنوا منهم، وأن أقول الحق وإن كان مرا، وأن لا أسأل أحدا شيئا، وأن أصل الرحم وإن أدبرت، وأن لا أخاف الله لومة لائم وأن أكثر من قول لا حول ولا قوة إلا با الله"

Artinya, “Kekasihku (Nabi Muhammad SAW) mewasiatkan tujuh hal kepadaku: pertama, biar saya senantiasa melihat orang yang di bawahku dan jangan sekali-kali melihat orang yang di atas; kedua, menyayangi orang miskin dan mendekati mereka; ketiga, selalu berkata benar, meskipun pahit; keempat, tidak meminta-minta kepada siapapun; kelima, menjalin tali silaturahmi sekalipun mereka berpaling; keenam, tidak takut dicaci dikala berdakwah di jalan Allah, ketujuh; memperbanyak membaca ‘La haula wa quwwata illa billah’.”



Tujuh pesan yang disampaikan Nabi SAW ini tentu tidak terkhusus untuk Abu Dzar semata. Kendati wasiat ini disampaikan kepadanya, namun makna hadits ini tetap berlaku umum. Siapapun dianjurkan bahkan diwajibkan. Ini sejalan dengan kaidah, al-‘ibratu bi ‘umumil lafdzi la bi khususis sabab (yang menjadi patokan keumuman redaksi hadits, bukan konteks spesifiknya).

Dilihat dari isi wasiatnya, sebagian besar nasihat Nabi SAW ini sangat layak dijadikan panduan menjalani kehidupan. Terlebih lagi, kontennya tidak hanya berisi ibadah ritual, tapi juga berupa panduan etika, motivasi hidup, dan panduan bermasyarakat.

Misalnya, Nabi meminta untuk melihat orang yang di bawah kita dan jangan terlalu fokus pada orang yang di atas kita. Maksudnya, dalam menjalani kehidupan tentu ada yang mempunyai kelebihan dan kekurangan, sering kali kita iri terhadap orang yang diberikan kelebihan, alhasil kita malah menjadi orang yang kurang bersyukur.

Dengan memperhatikan kondisi hidup orang di bawah kita baik dari sisi ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan, hal ini akan memupuk keprihatinan dan rasa syukur terhadap nikmat yang sudah diberikan Tuhan.

Begitu pula dengan proposal menyayangi fakir miskin dan mendekati mereka. Kita dituntut memperhatikan mereka dan menawarkan sebagian kelebihan yang kita miliki  untuk membantu kehidupan mereka. Memberikan proteksi terhadap fakir miskin tersebut menciptakan ikatan persaudaraan dan kemanusiaan kita semakin menguat. Semoga kita sanggup mengamalkan isi wasiat ini.


Sumber : Situs PBNU

Comments

Popular posts from this blog

16+ Contigo 24 Oz Coffee Mug Background

Get Philz Coffee Logo Transparent Pics

Good 24 Oz Coffee Travel Mug Viral