Birrul Walidain Termasuk Jihad
Bahwasanya ada seorang pria tiba kepada Nabi saw. meminta izin kepada ia untuk ikut dalam jihad bersama beliau. Maka bertanyalah Nabi, “Masih hidupkah kedua orang tuamu?” Dia menjawab, “Masih.” Jawab Nabi, “Kalau begitu, berjihadlah untuk kedua orang tuamu itu.”
Menurut riwayat Muslim dan lainnya:
“Seorang anak tidak akan sanggup membalas kebijaksanaan orang tuanya, kecuali bila orang tuanya itu dia dapati dalam keadaan menjadi budak, kemudian dia membeli dan memerdekakannya.”
Ada sebuah riwayat dari Ibnu Mas‘ud. Katanya, “Pernah saya bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Amal apakah yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya?’ Maka jawab beliau, ‘Shalat sempurna pada waktunya.’ Saya tanyakan pula, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua orang tua.’ Saya bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Jawab Rasul, ‘Berjihad di jalan Allah’.”
Berbuat baik kepada ibu diutamakan daripada perbuatan baik kepada ayah. Menurut riwayat Bukhari dan Muslim: Bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya, “Siapakah orang yang patut saya pergauli secara baik?” Maka Rasul menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa lagi?” tanya penanya itu lagi. Maka jawab Rasul, “Ibumu.” Dia bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Dan Rasul menjawab lagi, “Ibumu.” Orang itu bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Barulah Rasul menjawab, “Bapakmu.”
Berbuat baik kepada orang tua, tidak hanya dilakukan saat mereka masih hidup saja, bahkan wajib dilakukan sehabis mereka meninggal dunia, berdasarkan riwayat Ibnu Majah:
Bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya, “Masih adakah kesempatan berbuat baik kepada kedua orang tuaku yang wajib saya lakukan terhadap mereka berdua, sehabis mereka meninggal dunia.” Rasul menjawab, “Ya. Yaitu ada empat perkara: Mendoa-kan mereka berdua, memohonkan ampun untuk mereka berdua, menunaikan kesepakatan mereka berdua, memuliakan mitra mereka berdua dan bersilaturrahim terhadap orang yang tidak memiliki korelasi kekerabatan denganmu kecuali dari jalur bapak-ibumu. Inilah bentuk-bentuk berbuat baik kepada kedua orang renta yang tersisa untukmu, sehabis mereka meninggal dunia.”
Kesimpulannya, bahwa Allah swt. benar-benar mewasiatkan mengenai kedua orang renta secara serius, sehingga siapa pun yang durhaka terhadap kedua orang renta akan bangkit bulu romanya dan ngeri mendengarnya, sebab wasiat itu Allah mulai dengan perintah supaya bertauhid dan beribadah kepada-Nya. Kemudian kewajiban tersebut digenapkan dengan kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua. Setelah itu, perintah untuk memelihara kedua orang renta itu diketatkan sehingga tidak memberi dispensasi dalam bentuk kata-kata yang paling remeh sekalipun, yang terucapkan oleh se-seorang yang merasa jemu terhadap orang tua, sekalipun banyak hal yang menjadikan kejemuan, dan mengalami keadaan-keadaan yang hampir tak tertanggungkan oleh insan untuk bersabar. Dan semoga orang merendahkan diri, tunduk kepada orang tua, kemudian ditutuplah ayat mengenai birrul-wālidain dengan doa untuk mereka berdua, dan permohonan rahmat atas mereka berdua. Dan oleh sebab belas kasihan Allah Ta‘ala terhadap kedua orang tua, maka kelima hal tersebut Allah gandengkan dengan keesaan-Nya, dan larangan syirik terhadap-Nya.
Mengingat berbuat baik kepada kedua orang renta itu susah dilakukan, maka diperingatkan oleh Allah semoga orang jangan meremehkan hal itu dengan firman-Nya yang maksudnya:
Wahai sekalian manusia, Tuhanmu lebih tahu apa yang ada dalam hatimu daripada dirimu sendiri, baik berupa penghormatan-mu mengenai bapak dan ibumu, serta berbuat baik terhadap mereka, atau meremehkan hak dan durhaka terhadap mereka. Allah akan memberi akibat kepada kalian atas kebaikan atau keburukan ihwal hal itu semua. Oleh sebab itu, hati-hatilah jangan hingga tersimpan dalam hatimu keburukan terhadap orang renta dan bersikap durhaka terhadap mereka. Maka kalau kau telah memperbaiki niatmu terhadap orang tua, dan kau taat kepada Tuhanmu mengenai berbuat baik kepada orang tuamu yang telah Allah perintahkan, serta menunaikan hak-hak yang wajib kau tunaikan sehabis kau lupa atau tergelincir dalam menunaikan suatu kewajiban yang wajib kau tunaikan terhadap mereka, maka bekerjsama Allah Ta‘ala akan mengampuni kau atas kekurangan yang kau lakukan. Karena Dialah Yang Maha Pengampun terhadap orang yang mau bertobat dari dosanya dan berhenti dari bermaksiat kepada Allah, kembali taat kepada-Nya, kemudian melaksanakan hal-hal yang dicintai dan disukai Allah.
Maksudnya, merupakan kesepakatan bagi orang yang berniat hendak berbuat baik kepada orang tua, dan merupakan bahaya terhadap orang yang meremehkan hak-hak orang tua, serta berusaha untuk durhaka terhadap mereka berdua.
Sumber : Tafsir Al-Maraghi

Comments
Post a Comment